Sejarah mencatat bahwa setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Mataram, bukan hanya sistem pemerintahan yang mengalami kemunduran, tetapi juga kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Salah satu aspek penting yang turut hilang adalah ilmu tata kelola sumber daya manusia (SDM) yang dahulu menjadi fondasi kejayaan Nusantara.
Ironisnya, dalam era modern, konsep tata kelola SDM yang diajarkan dan diterapkan di Indonesia justru bersumber dari kebudayaan Eropa, seperti Balanced Scorecard, Human Capital Management, dan berbagai teori manajemen Barat lainnya. Sementara sistem ini efektif dalam konteks budaya asalnya, penerapannya secara mentah-mentah tanpa mempertimbangkan nilai-nilai lokal telah berkontribusi pada kemunduran SDM Nusantara.
Hilangnya Ilmu Tata Kelola SDM Nusantara
Pada masa kerajaan, Nusantara memiliki sistem tata kelola SDM yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Konsep kepemimpinan, gotong royong, dan sistem meritokrasi tradisional telah lama menjadi fondasi bagi kemajuan masyarakat. Namun, setelah kolonialisme dan modernisasi yang berbasis paradigma Barat, sistem ini perlahan terpinggirkan.
Pendekatan Barat cenderung individualistik dan berbasis metrik kuantitatif yang tidak selalu selaras dengan karakter budaya Nusantara yang lebih komunal. Akibatnya, banyak kebijakan SDM di Indonesia yang gagal memberdayakan potensi manusia secara optimal karena tidak mempertimbangkan aspek sosial, spiritual, dan budaya lokal.
Mengapa Kita Harus Membangun Standar SDM Sendiri?
Ketergantungan pada standar asing menyebabkan krisis identitas dalam tata kelola SDM di Indonesia. Kita lebih fokus pada angka dan pencapaian individu dibandingkan membangun ekosistem kerja yang harmonis dan berkelanjutan. Inilah sebabnya diperlukan sebuah standar baru yang sesuai dengan karakter dan filosofi Nusantara, yaitu Rancage Standar.
Rancage Standar adalah konsep tata kelola SDM yang berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal Nusantara, seperti gotong royong, kepemimpinan berlandaskan adab, keseimbangan spiritual dan material, serta pendekatan holistik dalam pengelolaan manusia. Dengan mengadopsi standar ini, Indonesia dapat menciptakan sistem SDM yang lebih relevan, berdaya saing, dan tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri.

Alih-alih terus menerapkan konsep tata kelola SDM yang diadopsi dari budaya asing tanpa filter, Indonesia harus mulai membangun kembali sistem yang sesuai dengan jati diri bangsa. Rancage Standar menawarkan solusi untuk membangkitkan kembali kejayaan SDM Nusantara dengan mengutamakan nilai-nilai yang telah terbukti sukses dalam sejarah kita sendiri.
Saatnya kita berhenti menjadi penonton dalam pengelolaan SDM kita sendiri dan mulai menciptakan standar yang mencerminkan identitas serta potensi sejati bangsa ini!